Tuesday, November 13, 2018

Tuntun Aku Ya Rabb

Entah sampai hitungan keberapa
kaki ini masih melangkah
Di atas taburan bunga dan serpihan kaca
Duhai Rabb, aku mencium wangiMu
dalam sunyi jalan menuju
harap cemasku
akankah Kau rangkul aku
bila bertemu
Duhai Rabb,
Izinkan aku menjadi kekasihMu
Tuntun langkahku
hingga berhenti dalam pangkuanMu
Banda Aceh, 2 April 2014
Bateeloen
(Doel CP Allisah)
Kau asah batu-batu itu
dengan kegigihan
Hingga berkilau
lalu sajak dan senyummu
kau simpan di sana
Dalam embun
Bateeloen.
Tentang hidup membatu
Kau tulis dalam sajakmu
Seperti gurat warna warni
Mengambang indah dalam safir
Bateeloen
Setelah tiada
Entah siapa mengasah batu
Mewarisi gigihmu
Menerjemahkan garis pelukis
Yang tak terjamah penyair
Dalam bateeloen
Banda Aceh, 2 April 2014
Menuju Sunyi
Kita juga akan segera pergi
Hanya seorang diri
Menuju sunyi abadi
Hanya ruang tuju
Sesaat diantar pelayat
Lalu senyap
Kepada siapa pernah kita
Senandungkan syair cinta
Kepada siapa lagi kecamuk lahar kita muntahkan
Gemuruh genderang perang kita tabuhkan
Kepada siapa hitam kelam peradaban
Kita wariskan
Pada akhirnya
Kita akan pergi seorang diri
Tanpa senandung cinta, tetabuhan gendang
Kecamuk perang dan pesta kemenangan
Tanpa pilihan
Ke  taman yang teduh
Atau ke liang kumuh
Banda Aceh, 9 Februari - 4 April 2014
* D Kemalawati, penyair dan guru matematika. Tinggal di Banda Aceh (serambinews.com)